Minggu, 15 November 2009

REPLIKASI BTL I DBE MGMP IPA DI SMPN 2 KARAWANG BARAT

Sesi 4
Bagaimana Guru Dapat Lebih Mendorong Pengembangan Potensi Individu?

Pendahuluan
Seperti yang anda lihat di Sesi 1, Departemen Pendidikan Nasional mempertimbangkan bahwa sebagai satu upaya untuk menjadi guru yang lebih baik adalah dengan “bertindak obyektif dan tidak melakukan diskriminasi gender, agama, suku, ras, kondisi fisik atau latar belakang sosial ekonomi dari siswa.” (Undang-Undang Guru tahun 2005 pasal 9(e)) dan untuk mendorong pengembangan potensi optimal individu dari masing-masing siswa. Sebelum anda dapat melakukan hal ini, perlu bagi anda, para guru, untuk dapat mengerti apa maksud dari pesan tersebut dan mengerti cara-cara yang dapat diterapkan untuk mendorong golongan generasi muda untuk mencapai hal tersebut.



Meraih potensi optimal individu berarti bahwa setiap orang hendaknya dapat memperoleh setiap kesempatan untuk menjadi yang terbaik dan mereka dapat mencapai apapun yang mereka inginkan dalam hidup mereka, belajar dan bekerja dan mereka tidak dibatasi dalam hal apapun sehingga dapat menjadi dan mencapai yang terbaik. “Individu” merupakan satu kata yang sangat penting. Seperti yang anda lihat di sesi dua, orang-orang, termasuk anak-anak dan generasi muda – tidak ada satupun yang serupa. Setiap orang memiliki sifat unik, dengan pengalaman, kebutuhan, kemampuan dan ketertarikan yang berbeda sehingga sebagai konsekuensinya, setiap orang memiliki potensi yang berbeda dan pemahaman yang berbeda mengenai “yang terbaik” bagi masa depan mereka.

Sistem pendidikan yang bagus akan membantu setiap siswa untuk menyadari dan mengembangkan potensi individu mereka masing-masing. Sekolah yang bagus tidak akan memberikan pembatasan atau mendiskriminasikan siapapun, akan tetapi justru mendorong dan mendukung mereka untuk mengembangkan keterampilan yang lebih luas dan berimbang sehingga mereka dapat mengambil keuntungan dari setiap pilihan dan kesempatan yang berbeda yang mereka temui untuk masa depan mereka. Seorang guru yang bagus akan memberikan kesempatan yang sama kepada para siswa di kelas mereka untuk mengembangkan keterampilan, kapasitas dan tingkah laku mereka yang diperlukan untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan khusus mereka sehingga mereka dapat menjadi yang terbaik bagi mereka.

Kita tentunya mengerti bahwa ada banyak sekali generasi muda di Indonesia, yang tidak memiliki kesempatan untuk mencapai potensi optimal mereka karena mereka tidak dapat bersekolah. Akan tetapi, tidak semua orang mengetahui bahwa ada banyak sekali generasi muda yang telah memiliki kesempatan untuk bersekolah namun tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi optimal individu mereka karena satu dan lain hal atau karena ada guru yang tidak memberikan kesempatan yang sama untuk belajar sehingga mereka tidak memiliki keuntungan dan kesempatan untuk berpartisipasi secara penuh dan adil dengan yang lainnya dalam proses belajar pembelajaran.

Salah satu bagian dari Proses Belajar Pembelajaran yang Lebih Baik untuk Pendidikan Keterampilan Hidup (Better Teaching and Learning for Life Skills Education) adalah agar para guru dapat menyadari pentingnya memberikan kesempatan yang sama untuk belajar, sehingga mereka memiliki kesempatan untuk meraih potensi optimal individu masing-masing.

Meskipun demikian, adalah penting untuk mengerti bahwa kesempatan yang sama tidak dapat diciptakan apabila setiap guru memperlakukan seluruh siswa secara sama. Kepada sebagian siswa, guru perlu memberikan perlakukan khusus untuk memastikan bahwa siswa tersebut memiliki kesempatan yang sama dengan yang lain. Para guru perlu untuk memperlakukan siswa secara sama di mana pada saat bersamaan menyadari dan mengenali identitas individu mereka masing-masing sehingga bisa membantu siswa untuk dapat mencapai potensi optimalnya sebagai individu. Hal ini bukanlah hal yang mudah, namun sesi ini akan berusaha untuk dapat membantu anda memulai melakukan hal tersebut.



Sesi 5
Kapan, Apa, dan Mengapa Kita Belajar?

Pendahuluan
Belajar tidak terjadi begitu saja hanya karena kita menganggap bahwa kita sedang mengajar. Mengajar tidak akan terjadi jika tidak belajar. Mengajar dan belajar merupakan asas resiprokal. Para guru perlu lebih mengetahui dan mengerti mengenai kunci prinsip-prinsip belajar dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kelas untuk memastikan bahwa mereka mengajar dan para siswa belajar.

Kebanyakan belajar dan pembelajaran formal berlangsung di dalam sebuah sekolah, di dalam sebuah kelas dan di dalam satu hari sekolah. Nampaknya terlalu terisolasi dari apa yang terjadi di luar. Namun apa yang dipelajari anak-anak di dalam bangunan ini dan hari ini dimaksudkan untuk mempersiapkan mereka untuk hidup di luar bangunan dan berguna untuk hidup mereka sebagai seorang warga yang produktif dan bertanggung jawab. Apakah para anak menyadari hal ini? Berapa kali seorang siswa menanyakan pada Anda mengapa mereka harus mempelajari sesuatu? Anda mungkin sering mendengar pertanyaan ini……kebanyakan guru pernah mendengar. Para guru perlu memperhatikan apa yang mereka ajarkan serta mengapa dan bagaimana hal itu tersambungkan dengan dunia nyata di luar kelas sehingga mereka dapat memberikan siswa arti dari apa yang mereka pelajari di dalam kelas. Berikutnya hal tersebut akan menaikkan motivasi siswa untuk mempelajari begitu mereka melihat memahami tujuan, relevansi dari apa yang mereka pelajari.

Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah sebuah pendekatan yang membantu guru dan siswa menghubungkan isi mata pelajaran pembelajaran dengan dunia nyata. Pendekatan tersebut mendorong para guru untuk tidak hanya fokus pada perkembangan ilmu, pemahaman dan keterampilan siswa saja, namun juga pemahaman kontekstual mereka. Ini merupakan sebuah pendekatan yang direkomendasikan oleh Departemen Pendidikan Nasional RI. Sebelum guru dapat pendekatan ini, mereka sendiri perlu memahami bagaimana mata pelajaran yang mereka ajarkan berhubungan dengan dunia nyata. Sekali guru mengenali relevansi mata pelajaran mereka dengan kehidupan, mereka akan lebih dapat memulai untuk melakukan proses pembelajaran yang berfokus pada pengembangan pemahaman kontekstual. Sesi ini akan membantu peserta untuk mulai melakukannya.




Sesi 8
Bagaimana Guru Merencanakan Target dan Merangkai
Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna?
Pendahuluan
Pembelajaran adalah aktivitas kompleks. Sekolah memiliki kurikulum yang harus mereka sampaikan dan guru mempunyai target yang harus dipenuhi. Sekolah dan guru harus mencapainya dalam waktu yang telah ditentukan. Dibutuhkan rencana dan persiapan yang teliti agar kurikulum tersampaikan sesuai waktunya dan seluruh siswa berhasil mencapai potensi optimal mereka.

Guru harus terbiasa membuat rancangan pembelajaran (silabus) dan guru yang baik membuat rancangan pembelajaran berbulan-bulan sebelum membelajarkan murid-muridnya. Namun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dipergunakan sehari-hari hanyalah sebagian kecil dari rancangan pembelajaran yang jauh lebih besar, yang dirancang untuk mencapai target semester, yang pada gilirannya didesain berkaitan dengan misi sekolah dan sistem pendidikan nasional secara keseluruhan.

Dengan desentralisasi dan perubahan dalam kebijakan pendidikan dan peraturan di Indonesia, perencanaan kurikulum telah menjadi fokus daerah dan sekolah dengan guru sebagai pelaksana. Pemerintah telah menyusun kerangka kerja keseluruhan namun merupakan tanggung jawab sekolah untuk menterjemahkan kerangka kerja tersebut menjadi rencana operasional (sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP) berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Guru-guru akan dinilai berdasarkan kemampuan mereka untuk mengembangkan kurikulum mata pelajaran mereka (lihat kompetensi pedagogik khususnya kompetensi inti ke 3). Ini adalah tugas sulit dan menantang, bahkan bagi guru yang berpengalaman dan berkualifikasi tinggi akan dapat mencapainya bila guru mampu mengembangkan dan membuat perencanaan yang berpedoman pada langkah-langkah pengembangan kurikulum. Sesi ini akan membantu Anda memahami bagaimana memulainya.



Sesi 9
Bagaimana Guru Dapat Merencanakan Kegiatan Pembelajaran Bermakna di Kelas?

Pendahuluan
Kegiatan Pembelajaran yang baik tidak terjadi begitu saja. Hal itu hanya bisa diciptakan melalui perencanaan yang cermat di setiap tahap dari proses pembelajaran yang menyatukan semua elemen belajar pembelajaran yang telah anda pelajari dalam modul ini. Sesi yang sebelumnya secara singkat memberikan materi tentang bagaimana guru dapat merencanakan ruang lingkup dan alur pembelajaran tetapi justru rencana pelajaranlah yang menjadi unsur utama dalam belajar pembelajaran dan salah satu alat paling penting bagi guru. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) adalah fokus dari sesi ini.

Guru yang baik akan selalu membuat perencanaan untuk kegiatan pembelajarannya. Merancang pelajaran akan membantu memastikan penggunaan sumber materi yang berharga dan waktu pembelajaran di kelas yang terbatas secara efisien. Rencana pelajaran tertulis akan membantu mengingatkan guru untuk memasukkan semua elemen kegiatan belajar pembelajaran yang telah dipelajari dalam modul ini. Pada saat guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, mereka sebenarnya dapat memvisualisasikan diri mereka di kelas sedang mengajar siswanya. Dengan begitu akan membantu guru mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi, memikirkan solusinya dan mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran. Rencana pelajaran tertulis membantu guru menjadi lebih cermat dan reflektif. Tanpa adanya rencana akan sulit atau tidak mungkin untuk menganalisa bagaimana sesuatu semestinya direncanakan atau dilakukan setelah pembelajaran telah dilaksanakan. Rencana pelajaran tertulis berguna sebagai sumber untuk pembelajaran unit materi yang sama di waktu yang akan datang. Sebenarnya, tidak ada alasan untuk mengajar di kelas tanpa rencana pelajaran. Di banyak negara, termasuk Indonesia, kinerja guru sebagian dinilai dari kemampuan mereka mengembangkan rencana pelajaran.

Di sini kita tidak mengacu pada rencana pelajaran harian, tapi pada rencana pelajaran keseluruhan. Dalam banyak kasus, rencana pelajaran mungkin hanya bisa digunakan untuk satu kali pelajaran. Tapi terkadang juga bisa digunakan lebih dari sekali, untuk dua atau tiga hari tergantung pada apa yang anda belajarkan dan bagaimana anda membelajarkannya. Ada pelajaran yang berisi pengenalan, ada yang lanjutan dari bagian sebelumnya, dan ada yang merupakan penutupnya. Namun meskipun beragam ada beberapa komponen yang harus digunakan oleh guru dalam setiap rencana pelajaran untuk menyelenggarakan kegiatan belajar pembelajaran yang bermakna.

Sesi ini membahas elemen-elemen tersebut dan memberikan latihan menyusun rencana pelajaran tertulis.





Sesi 10
Bagaimana Guru Menilai Proses Pembelajaran Siswa?

Pendahuluan
Sesi sebelumnya dalam modul ini telah menganalisa siapa, apa, mengapa dan bagaimana dari proses pembelajaran yang lebih baik. Sesi ini akan mulai mengeksplorasi bagian seberapa baik. Itulah penilaian. Pembelajaran merupakan proses resiprokal yang saling tergantung satu sama lain serta saling mempengaruhi. Walaupun penilaian terkadang terkait dengan kedua belah pihak yaitu seberapa jauh siswa telah belajar/mengerti dan seberapa baik guru membelajarkannya.Guru secara otomatis dinilai, seberapa baik mereka mengajar dengan melihat seberapa baik kinerja dari siswanya. Sesi ini akan terfokus pada penilaian prestasi siswa dalam belajar.

Banyak dari penilaian siswa didapat dari “tes-tes beresiko tinggi,” sebuah tes/ujian yang dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius seperti lulus atau tidak dari sebuah sekolah. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu diantaranya. Menggantungkan nasib pada sebuah nilai ujian berkemungkinan besar untuk meningkatkan tingkat drop out daripada meningkatkan proses belajar pembelajaran[1]. Banyak pendidik sekarang berargumen bahwa karir pendidikan siswa tidak seharusnya tergantung pada satu nilai ujian saja, tapi dari berbagai sumber data. Data ini selayaknya berasal dari berbagai kesempatan dalam karir seorang siswa dan dari guru dan sekolah serta hasil-hasil ujian. Peraturan dan kebijakan baru dalam pendidikan di Indonesia mendukung pandangan ini karena mereka mensyaratkan penilaian siswa dilakukan oleh guru, unit pendidikan dan Pemerintah (pasal 63 Standar Nasional Pendidikan/SNP)

Penilaian merupakan bagian integral dari proses yang berkelanjutan dalam pendidikan dan untuk belajar dengan efektif dan meningkatkannya, siswa perlu tahu seberapa baik mereka telah belajar selama ini. Agar kerja keras dalam belajar pembelajaran menjadi efektif, seorang siswa harus memiliki jawaban atas pertanyaan dasar seperti “Kemanakah tujuan saya? Dimanakah posisi saya sekarang? Bagaimana caranya sampai ke tujuan? Apakah saya telah berada pada jalur yang benar untuk sampai kesana?” Guru yang baik akan memiliki jawaban atas pertanyaan ini. Untuk menjadi guru yang lebih baik Anda harus tahu tentang apa yang menjadi kemampuan siswa Anda sehingga Anda dapat membantu mereka untuk mengembangkan kompetensinya. Oleh karena itu, guru dan siswa membutuhkan umpan balik atas perkembangan dan masalah agar dapat merancang kegiatan belajar pembelajaran yang sesuai. Guru-guru yang lebih baik biasanya menggunakan penilaian formatif atau diagnostik untuk merencanakan pembelajaran lebih lanjut.

Lebih lanjut lagi, kertas dan pensil dalam ujian tradisional hanya menyediakan sebagian data yang dibutuhkan untuk mengetahui kemajuan seorang siswa dan ada cara alternatif mengumpulkan informasi yang lebih aktual dan valid. Guru sebaiknya sadar akan sistem-sistem alternatif ini agar dapar mengembangkan penilaian dan melaporkan prosedur yang adil dan efektif. Karena kesejahteraan dan masa depan begitu banyak orang tergantung pada hasil dari penilaian tersebut, maka tidaklah berlebihan untuk mengatakan betapa pentingnya penilaian ini. Sesi ini akan mengenalkan beberapa konsep kunci yang terkait dengan Penilaian.


[1] Menurut statistik dari Departemen Pendidikan Nasional, lebih banyak siswa yang keluar sekolah pada kelas 6 dan kelas 9 daripada tahun-tahun yang lain. Keduanya adalah ketika UN dilaksanakan. Walaupun tidak ada bukti yang menunjukkan keterkaitan antar keduanya, sepertinya merupakan kesimpulan yang masuk akal bahwa siswa keluar sekolah sebagai hasil dari tekanan/stres dari ujian-ujian beresiko tinggi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar